JURNAL ILMIAH
PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KAS
- Latar belakang
Setiap perusahaan selalu berusaha
menciptakan system yang baik untuk keberadaan kasnya. Kas sangat berperan
terhadap jalannya operasional perusahaan, bila kasnya sangat terbatas maka operasional
perusahaan akan terganggu,demikian juga bila kas yang berlebih akan
mengakibatkan timbulnya idle cash, yang merupakan aktiva yang tidak produktif.
Bila
dilihat dari keberadaannya di neraca kas adalah
aktiva paling lancer, dalam arti paling sering berubah. Hampir pada
setiap transaksi dengan pihak luar
selalu mempengaruhi kas. Kas merupakan suatu alat pertukaran dan juga digunakan
sebagai ukuran dalam akuntansi. Namun kas juga sangat mudah dipindahtangankan
dan tidak dapat dibuktikan pemiliknya, maka kas mudah digelapkan.Oleh karena
itu perlu diadakan pengawasan yang ketat
terhadap kas.
- Perumusan masalah
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan terhadap kas yaitu bagaimana
meningkatkan pengendalian intern terhadap kas pada suatu perusahaan.
Tujuan
Penelitian
Untuk
mengetahui bagaimana meningkatkan
pengendalian intern terhadap kas pada suatu perusahaan.
Manfaat
Menambah
wawasan dan pengatahuan serta masukan bagi pihak-pihak yang membutuh informasi
pengendalian terhadap kas.
Metodologi
- Pembahasan
Untuk menjawab
permasalahan diatas, pada bagian yang pertama saya akan uraikan pengertian
kas, dan komposisi kas. Pada bagian
kedua akan diuraikan tentang pengendalian intern terhadap kas.
Pengertian Kas
a. Kas adalah
b. Komposisi Kas
Yang
termasuk dalam kas menurut pengertian
akuntansi adalahalat pertukaran yang dapat diterima untuk peluanasan utang,
sebagai setoran ke bank, juga simpanan
dalam bank atau tempat-tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu. Kas
terdiri dari uang kertas, uang logam, cek yang belum disetorkan, simpanan dalam
bentuk giro atau bilyet, traveller’s checks, cashier’s checks, bank draft dan
money order. Untuk dapat digolongkan
sebagai kas biasanya didbatasi dengan diterima sebagai setoran oleh bank dengan
nilai nominal tidak dikelompokkan dalam kas. Jika ada wesel
tagih yang diserrahkan ke bank untuk ditagihkan,maka wesel
tagih ini tetap dicatat sebagai piutang wesel
sampai dilunasi oleh yang membuat wesel.
Kadang-kadang perangko dapat digunakan untuk pembayaran yang jumlahnya kecil,
tetapi perangko tidak akan diterima sebagai setoran oleh bank, maka perangko bukan kas.
Cek
mundur (post dated checks) tetap dicatat sebagai piutang sampai tanggal dimana
cek dapat diuangkan.Cek mundur termasuk dalam kelompok piutang.
Surat-surat
berharga seperti saham-saham dan obligasi mungkin dapat segera dijual dan
menjadi uang tunai, tetapi sebelum dujual surat-surat berharga tersebut tidak
termasuk kelompok kas. Sebelum dijual surat
berharga tetap dilaporkan sebagai investasi jangka pendek.
Simpanan
dalam bank-bank diluar negeri menimbulkan suatu masalah khusus karena mata uang
yang berbeda.Oleh karena itu simpanan di bank luar negeri harus dikurskan
dalam rupiah.Sering kali simpanan-simpanan di bank luar negeri tidak dapat
diambilsewaktu-waktu, oleh karena itu dalam neraca simpanan tadi akan
dilaporkan terpisah.
Uang
kas yang dibatasi penggunaannya, biasanya dalam bentuk dana, tidak dimasukkan
dalam kas tetapi dilaporkan terpisah sebagai dana.Jika penggunaannya masih
dalam waktu satu tahun, maka termasuk dalam kelompok aktiva lancer, tetapi jika
tidak dapat digunakan dalam waktu satu
tahun,maka dilaporkan dalam kelompoka aktiva tidak lancer.
c. Pengendalian intern terhadap kas.
Pada
umumnya suatu system pengawasan intern terhadap kas akan memisahkan
fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksana dan pencatatan . Tanpa adanya fungsi seperti diatas, akan
mudah menggelapkan uang kas.
Karena
bentuk dan jenis perusahaan ada bermacam-macam, maka system pengawasan intern
suatu perusahaan akan berbeda dengan perusahaan lain . Tetapi ada dasar-dasar
tertentu yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mengadakan pengawasan
terhadap kas.
- Penerimaan Uang
Penerimaan
uang dalam suatu perusahaan bisa berasal dari beberapa sumber antara lain dari
penjualan unai, pelunasan piutang, atau dari pinjaman. Prosedur-prosedur
pengawasan yang dapat digunakan antara lain :
- Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank.
- Diadakan pemisahaan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan kas.
- Diadakan pengawasan yang ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan kas. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas.
- Pengeluaran kas
Pengeluaran
kas dalam suatu perusahaan itu adalah untuk membayar bermacam-macam transaksi.
Apabila pengawasan tidak dijalankan dengan ketat, sering kali jumlah
pengeluaran diperbesar dan selisihnya digelapkan. Beberapaprosedur pengawasan
yang penting sebagaiberikut :
- Semua Pengeluaran uang menggunakan cek, kecuali untuk pengeluaran-pengeluaran kecil dibayar dari kas kecil.
- Dibentuk kas kecil yang diawasi dengan ketat.
- Penulisan cek hanya apabila didukung bukti-bukti (dokumen) yang lengkap atau digunakan system voucher.
- Dipisahkan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran kas.
- Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tentu.
- Diharuskan membuat laporan kas harian.
Dengan
diterapakan prinsip-prinsip pengawasan intern terhadap kas seperti yang telah disebutkan diatas, timbul
beberapa masalah, yaitu mengenai pembentukan kas kecil dan adanya rekening giro
bank yang memerlukan dilakukannya rekonsiliasi
bank.
1.
Kas Kecil.
Dana kas kecil
adalah uang kas yang disediakan untuk membayar pengeluaran – pengeluaran yang
jumlahnya relative kecil dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek. Dalam hubungannya dengan kas kecil, ada
2metode yang dapat digunakan yaitu (a) system imprest (b) metode fluktuasi.
a.
Sistem Imprest.
Didalam system
ini jumlah dalam rekening kas kecil selalu tetap,yaitu sebesar cek yang
diserahkan kepada kasir kas kecil untuk membentuk dana kas kecil. Oleh kasir
kas kecil, cek tadi diuangkan ke bank
dan uangnya digunakan untukmembayar pengeluaran-pengeluaran kecil. Setiap kali
melakukan pembayaran kasir kas kecil harus membuat bukti pengeluaran.
Prosedur
akuntansi untuk dana kas kecil dengan system imprest sebagaiberikut :
Misalnya PT.X
pada tanggal 1 Desember 2008 membentuk dana kas kecil sebesar
Rp100.000,00.Pengeluaran kas kecil sampai tanggal 19Desember 2009 sebesar
Rp90.000,00 dengan rincian sebagai berikut :
Biaya angkut Rp15.000,00
Listrik 17.000,00
Telpon 28.000,00
Administrasi kantor 30.000,00
Pada tanggal 19
Desember 2005 dilakukan pengisian kembali sebesar Rp90.000,00 Mulai tanggal 20
Desember sampai dengan 31 Desember 2008 pengeluaran kas kecil sebesar
Rp80.000,00 dengan rincian sebagai berikut :
Biaya kirim penjualan Rp25.400,00
Langganan surat kabar 4.750,00
Biaya
rapat dan pertemuan 30.850,00
Biaya cetak formulir 19.000,00
Kas Rp80.000,00
Apabila
pada tanggal 31 Desember 2008 tidak dilakukan pengisian kembali maka kas kecil
jumlahnya tinggal Rp20.000,00 dan yang Rp80.000,00 sudah dikeluarkan untuk
membayar biaya-biaya. Karena tidak dilakukann pengisian kembali maka
biaya-biaya sejumlah Rp80.000,00 tersebut tidak dicatat. Oleh karena itu pada
tanggal 31 Desember 2008 dibuat jurnal penyesuaian sebagaiberikut :
Biaya
kirim penjualan Rp25.400,00
Surat kabar,majalah dll 4.750,00
Biaya
rapat dan pertemuan 30.850,00
Biaya
cetak 19.000,00
Kas
kecil Rp80.000,00
b.
Metode Fluktuasi
Dalam
metode fluktuasi pembentukan dana kas kecil dilakukan dengan cara sama seperti
dalam metode system imprest. Perrbedaan dengan system imprest adalah dalam
metode fluktuasi saldo rekening kas kecil tidak tetap, tetapi
berfluktuasi
sesuai dengan jumlah pengisian kembalidan pengeluaran-pengeluaran dari kas
kecil. Dalam metode fluktuasi setiap terjadi pengeluaran uang dari kas kecil
langsung dicatat. Jadi buku pengeluarna kas kecil mempunyai fungsi sebagai buku
jurnal dan menjadi dasar pembukuan kerekening-rekening buku besar.Karena
pencatatan dilakukan setaip kali terjadi pengeluaran, maka rekening kas kecil
didebit sebesar uang yang diterima. Misalnya PT.X membentuk kas kecil sebesar
Rp100.000,00 pada tanggal 1 Desember 2008.
Transaksi-transaksi
pengeluaran kas kecil sebagai berikut :
2008
2 Desember : Membayar Koran Rp7.200,00
3 Desember : Membayar biaya angkut 45.000,00
7 Desember : Biaya
adinistrasi dan umum 17.800,00
9 Desember : Membayar reeking listrik 14.000,00
10Desember : Dana kas kecil diisi kembali 75.000,00
Dengan
menggunakan metode fluktuasi transaksi-transaksi di atas dicatat dengan
jurnal-jurnal sebagai berikut :
2008
1 Desember
: Kas kecil Rp100.000,00
Kas Rp100.000,00
2 Desember
: Biaya Koran Rp7.200,00
Kas kecil Rp7.200,00
3 Desember
: Biaya angkut Rp45.000,00
Kas kecil Rp45.000,00
7 Desember
: Biaya adm.Umum Rp17.800,00
Kas kecil Rp17.800,00
9 Desember
: Biaya listrik Rp14.000,00
Kas kecil Rp14.000,00
10 Desember
: Kas Kecil Rp75.000,00
Kas Rp75.000,00
Jurnal-jurnal
tersebut apabila dibukukan kedalam rekening kas kecil akan nampak
sebagaiberikut :
Kas Kecil
2005 2005
Desember 1 Rp100.000,00 Desember 2 Rp7.200,00
10 75.000,00 3 45.000,00
7 17.800,00
9 14.000,00
Dari
rekening kas kecil di atas dapat dilihat bahwa saldonya berfluktuasi sesuai
dengan penerimaan dan pengeluaran kas kecil.
2. Rekonsiliasi
Laporan Bank
Apabila setiap penerimaan uang disetor ke bank dans
etiap pengeluaran uang (kecuali jumlahnya relative kecil) menggunakan cek maka
rekening kas akan dapat dibandingkan dengan laporan bank. Biasanya laporan bank
diterrima bulanan dan akan
direkonsiliasi dengan catatan kas dan catatan bank. Selain itu
rekonsiliasi juga beguna untuk mengetahui penerimaan atau pengeluaran yang
sudah terjadi di bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
Rekonsiliasi
laporan bank sebaiknya dibuat oleh pegawai yang tidak mempunyai kepentingan
terhadap kas, agar penyusunan rekonsiliasi bank ini dapat digunakan untuk
mengecek catatan-catatan kas dan bank. Dalam membuat rekonsiliasi laporan bank
perlu diketahui bahwa yang direkonsiliasikan itu adalah catatan perusahaan dan
bank, sehingga harus dibuat
perbandingan antara keduanya agar
dapat diketahui perbedaan-perbedaan yang ada.
Hal-hal
yang menimbulkan perbedaan dapat digolongkan sebagai berikut :
1.
Elemen-elemen yang oleh perusahaan sudah dicatat
sebagai penerimaan tetapi belum dicatat oleh bank.
Contoh :
a.
Setoran yang dikirimkan ke bank pada akhir bulan tetapi
belum diterima oleh bank sampai bulan
berikutnya (setoran dalam perjalanan).
b.
Setoran yang diterima oleh bank pada akhir bulan,
atetapi dilaporkan sebagai setoran bulan berikutnya,karena laporan bank sudah
terlanjur dibuat (setoran dalam perjalanan).
c.
Uang tunai yang tidak disetorkan ke bank.
2.
Elemen-elemen yang sudah dicatat sebagai penerimaan
oleh bank tetapi belum dicatat oleh perusahaan
Contoh :
a.
Bunga yang diperhitungkan oleh bank terhadap simpanan,
tetapi belum dicatat dalam buku
perusahaan (jasa giro).
b.
Penagihan wesel oleh bank, sudah
dicatat oleh bank sebagai penerimaan
tetapi perusahaan belum mencatatnya.
3.
Elemen-elemen yang sudah dicatat oleh perusahaan sebagai pengeluaran tetapi bank belum
mencatatnya.
Contoh :
a.
Cek-cek yang beredar (outstanding checks) yaitu cek
yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan dan sudah dicatat sebagai pengeluaran
kas tetapi oleh yang meneriman belum diuangkan sehingga bank belum mencatatnya
sebagai pengeluaran.
b.
Cek yang sudah ditulis dan sudah dicatat dalam jurnal
pengeluaran uang tetapi ceknya belum
diserahkan kepada yang dibayar,maka cek tersebut belum merupakan pengeluaran
oleh karena itu jurnal pengeluaran kas harus dikoreksi pada akhir periode.
4.
Elemen-elemen
yang sudah dicatat oleh bank
sebagai pengeluaran tetapi belum dicatat
oleh perusahaan.
Contoh :
a.
Cek dari langganan yang ditolak oleh perusahaan karena kosong tetapi belum dicatat oleh
perusahaan.
b.
Bunga yang diperhitungkan atas overdraft (saldo kredit kas) tetapi
belum dicatat oleh perusahaan.
c.
Biaya jasa bank yang belum dicatat oleh perusahaan.
Rekonsiliasi
bank dapat dibuat dalam 2 macam cara yang berbeda :
1.
Rekonsiliasi saldo akhir yang bisa dibuat dalam 2
bentuk :
a.
Laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk
menunjukkan saldo yang benar
b.
Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas.
2.
Rekonsiliasi saldo awal, penerimaan, pengeluaran
dansaldo akhir yang bisa dibuat 2 bentuk :
a.
Laporan rekonsiliasi saldo bank kepada saldo kas (4
kolom).
b.
Laporan
rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas
untuk menunjukan saldo yang benar (8 kolom).
Rekonsiliasi
Saldo akhir
Contoh
penyusunan laporan rekonsiliasi saldo akhir disusun berdasarkan data yang
dperoleh dari catatan kas PT. X pada tanggal 31 Desember 2008 sebagai berikut :
Dari laporann bank
Jasa
giro Rp8.900,00
Biaya
bank 1.600,00
Saldo
akhir 661.600,00
Dari rekening
Setoran
dalam perjalanan 180.000,00
Uang
kas yang tidak disetor 40.000,00
Cek-cek yang telah beredar
No.001 60.000,00
No.002 80.000,00
No.003
121.000,00 Rp261.200,00
Kesalahan mencatat penerimaan
Rp101.200,00 dicatat sebesar Rp102.100 900,00
Saldo akhir Rp614.000,00
Data
diatas jika disusun dalam laporan rekonsiliasi saldo bank dan saldo kas untuk
menunjukkan saldo yang benar sebagaiberikut :
PT.X
Rekonsiliasi Laporan
Bank
31 Desember 2008
Saldo
per laporan bank Rp661.600 Saldo kas Rp614.000
Ditambah
: Ditambah :
Setoran dalam perjalanan Rp180.000 Jasa
giro 8.900
Uang kas yang tidak disetor 40.000
Rp220.000 Rp622.900
Rp881.600
Dikurangi : Dikurangi :
Cek yang
beredar : Biaya jasa bank Rp1.600
No. 001 Rp60.000 Koreksi
penerimaan 900
No.002 80.000
No.003 121.200 Rp
2.500
Rp261.200
Saldo bank yang benar
Rp620.400 Saldo kas yang benar Rp620.400
======== ==========
Apabila disusun dalam bentuk kedua yaitu rekonsiliasi
saldo bank kepada saldo kas maka bentuknya sebagaiberikut :
PT. X
Rekonsiliasi Laporan
Bank
31 Desember 2008
Saldo per laporan bank Rp 661.600
Ditambah :
Setoran dalam perjalanan Rp180.000
Uang kas yang tidak
disetor 40.000
Biaya bank 1.600
Koreksi penerimaan 900
222.500
Rp
884.100
Dikurangi :
Cek-cek yang beredar :
No.001 Rp 60.000
No.002 80.000
No.003 121.200
Rp261.200
Jasa
giro 8.900
Rp 270.100
Saldo kas Rp 614.000
=========
Sesudah
membuat rekonsiliasi, perusahaan harus mencatat elemen-elemen yang mempengaruhi
saldo kas . Elemen-elemen itu dapat dilihat dalam rekonsiliasi pertama yaitu
mengenai jasa giro, biaya bank dan koreksi kesalahan penerimaan. Tetapi bila rekonsiliasinya dibuat dengan
bentuk kedua, pemegang buku masih harus meneliti elemen-elemen yang
mempengaruhi kas yang perlu dicatat.
Sebagai
haasil rekonsiliasi di atas dalam buku-buku PT.X dibuat jurnal sebagaiberikut :
Kas Rp8.900
Pendapatan
jasa giro Rp8.900
Macam-macam
biaya umum Rp1.600
Kas Rp1.600
Piutang Rp900
Kas Rp900
Jurnal-jurnal diatas dapat
digabung dalam satu jurnal sebagai berikut :
Kas Rp6.400
Macam-macam
biaya umum Rp1.600
Piutang 900
Pendapatan
jasa giro Rp8.900
Kesimpulan :
kesimpulan
Daftar pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar