Ekonomi Politik Internasional
Indonesia
indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi;
potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional. indonesia - negara dengan ekonomi
paling besar di asia tenggara - sering disebut sebagai calon layak untuk
menjadi salah satu anggota negara-negara bric (brasilia, rusia, india dan cina)
karena ekonominya dengan cepat menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang sama dengan
anggota lain tersebut. belakangan ini sebuah kelompok baru sempat menuntut
perhatian. kelompok ini terdiri dari negara-negara berkembang yang ditandai
dengan ekonomi menjanjikan yang beragam, sistem keuangan yang cukup canggih dan
jumlah penduduk yang tumbuh dengan cepat. kelompok ini dikenal dengan akronim
civets (kolombia, indonesia, vietnam, mesir, turki dan afrika selatan) dan -
kalau ditambah - angka total produk
domestik bruto (pdb) anggota-anggota civets ini
diperkirakan senilai separuh pdb global pada tahun 2020.
contoh lain yang menggambarkan pengakuan internasional akan
pertumbuhan ekonomi indonesia yang kuat adalah kenaikan peringkat
dari lembaga pemeringkat kredit internasional seperti fitch ratings,
moody's dan standard
& poor's. pertumbuhan ekonomi yang tangguh, utang pemerintah yang rendah
dan manajemen fiskal yang bijaksana dijadikan alasan untuk kenaikan penilaian
tersebut. hal itu juga merupakan kunci dalam masuknya arus modal keuangan yang
berupa dana asing ke indonesia: baik aliran portofolio maupun investasi asing
langsung (fdi) yang meningkat secara signifikan. arus masuk fdi, yang
sebelumnya relatif lemah dan mengguncang fondasi negara selama satu dasawarsa
setelah krisis keuangan asia, menunjukkan peningkatan
tajam setelah krisis keuangan global 2008-2009.
Ekonomi politik
china
China merupakan salah satu negara yang paling besar di
dunia. Kebudayaannya telah menjadi inti dari kebudayaan di Asia Timur pada
umumnya. Sejak ribuan tahun sebelum masehi, China sudah membangun banyak sistem
kehidupan manusia – termasuk hubungan antarnegara - dan melahirkan
prinsip-prinsip pemikiran ketimuran yang tetap lestari sampai saat ini, bahkan
tetap mengakar kuat di dalam budaya China modern sekalipun.
Kebudayaan
China bahkan telah melahirkan “Lingkaran Kebudayaan Han” di Asia Timur, yaitu
budaya yang menginspirasi rakyat China, Jepang, dan Korea yang sepintas
terlihat mirip.
Bangsa China, atau yang juga disebut Tionghoa, juga dikenal mahir berdagang. Hal inilah yang menjadikan ekonomi China maju pesat pada saat ini maupun pada masa lampau.China juga telah memiliki mekanisme hubungan antar negara yang baik sejak dulu. Kekaisaran China bahkan sempat menjalin hubungan dagang dengan bangsa Eropa melalui Jalur Sutera (Silk Road) yang menghubungkan Eropa dan Asia lewat darat. Selain itu, China juga menjalin hubungan perdagangan dan kenegaraan dengan berbagai kawasan di dunia, termasuk Asia Tenggara yang memiliki letak geografis yang strategis bagi perdagangan.
Bangsa China, atau yang juga disebut Tionghoa, juga dikenal mahir berdagang. Hal inilah yang menjadikan ekonomi China maju pesat pada saat ini maupun pada masa lampau.China juga telah memiliki mekanisme hubungan antar negara yang baik sejak dulu. Kekaisaran China bahkan sempat menjalin hubungan dagang dengan bangsa Eropa melalui Jalur Sutera (Silk Road) yang menghubungkan Eropa dan Asia lewat darat. Selain itu, China juga menjalin hubungan perdagangan dan kenegaraan dengan berbagai kawasan di dunia, termasuk Asia Tenggara yang memiliki letak geografis yang strategis bagi perdagangan.
Cina mencirikan ekonominya sebagai Sosialisme dengan ciri Cina. Sejak akhir 1978,
kepemimpinan Cina telah memperharui ekonomi dari ekonomi terencana Soviet ke ekonomi yang berorientasi-pasar tapi
masih dalam kerangka kerja politik yang kaku dari Partai Komunis. Untuk itu
para pejabat meningkatkan kekuasaan pejabat lokal dan memasang manajer dalam industri, mengijinkan perusahaan skala-kecil dalam jasa dan produksi ringan, dan membuka ekonomi terhadap perdagangan asing dan investasi.
Kearah ini pemerintah mengganti ke sistem pertanggungjawaban para keluaga dalam
pertanian dalam penggantian sistem lama yang berdasarkan penggabunggan, menambah
kuasa pegawai setempat dan pengurus kilang dalam industri, dan membolehkan pelbagai usahawan dalam layanan dan perkilangan ringan, dan membuka ekonomi pada perdagangan dan pelabuhan asing. Pengawasan
harga juga telah dilonggarkan. Ini mengakibatkan Cina daratan berubah dari ekonomi terpimpin menjadi ekonomi campuran.
Pemerintah RRC tidak suka menekankan kesamarataan saat mulai membangun
ekonominya, sebaliknya pemerintah menekankan peningkatan pendapatan pribadi dan
konsumsi dan memperkenalkan sistem manajemen baru untuk meningkatkan
produktivitas. Pemerintah juga memfokuskan diri dalam perdagangan asing sebagai
kendaraan utama untuk pertumbuhan ekonomi, untuk itu mereka mendirikan lebih
dari 2000 Zona Ekonomi Khusus (Special Economic Zones, SEZ) di mana hukum investasi
direnggangkan untuk menarik modal asing. Hasilnya adalah PDB yang berlipat empat sejak 1978. Pada 1999 dengan jumlah populasi 1,25 milyar orang dan PDB hanya $3.800 per
kapita, Cina menjadi ekonomi keenam terbesar di dunia dari segi nilai tukar dan
ketiga terbesar di dunia setelah Uni
Eropa dan Amerika
Serikat dalam daya beli.
Pendapatan tahunan rata-rata pekerja Cina adalah $1.300. Perkembangan ekonomi
Cina diyakini sebagai salah satu yang tercepat di dunia, sekitar 7-8% per tahun
menurut statistik pemerintah Cina. Ini menjadikan Cina sebagai fokus utama
dunia pada masa kini dengan hampir semua negara, termasuk negara Barat yang
mengkritik Cina, ingin sekali menjalin hubungan perdagangan dengannya. Cina
sejak tanggal 1 Januari 2002 telah menjadi anggota Organisasi Perdagangan Dunia.
Organisasi Internasional
kerja
sama bilateral indonesia dan china merupakan suatu hubungan diplomatik yang
bersifat idealis dan kompetitif. banyaknya hal yang menguntungkan dari
kerjasama ini, akan menciptakan suatu hubungan bilateral yang dinamis, bersama
dengan persaingan produk cina yang menjamur di pasaran indonesia, membuat
komditi pasar indonesia pun, harus segera dapat menyeimbangkan pendapatan
distribusi penyebaran produk china, yang telah menduduki pasaran tingkat atas
pada sistem distribusian.namun dibalik persaingan ekonomi, di kedua negara ini,
yakni indonesia dan china, kedua negara ini begitu banyak membangun diplomasi
di bidang lain, selain di bidang ekonomi, indonesia dan china terlibat dalam
g-20, dan termasuk dalam asean plus 3, dan organisasi perdagangan wto.
ini
membuktikan, bahwa indonesia dan china masih memiliki hubungan yang
berkesinambungan dalam hal kerjasama politik, yang dimana hubungan ini masih
sangat diperlukan untuk saling mendukung dalam upaya meningkatkan dukungan
intensitas kepercayaan internasional.banyaknya produk china yang menjamur di
pasaran indonesia, dikarenakan, keahlian para pengusaha dari china, yang mampu
membaca situasi pasar indonesia, yang kurang mengembangkan industri kecilnya,
yang dinilai berpotensi menjadi salah satu pengembangan hegemoni baru, untuk
menghasilkan komoditi yang cukup bagus bagi pasaran ekspor di luar negeri.
hal ini menjadi sebuah problema tersedendiri
yang telah dimanfaatkan china, untuk membidik pasaran indonesia, yang dinilai
oleh china, indonesia masih mengalami pendapatan ekonomi masyarakatnya.
sehingga sebuah pencitraan konsumsi pasar baru, diciptakan oleh china, untuk
mencari keuntungan tersendiri dari efek keadaan indonesia yang rata-rata
penduduknya memiliki income per kapita yang kecil, dalam statistik perekonomiannya.diluar
dari permasalahan persaingan bisnis ekonomi, indonesia dam china, harus dapat
saling memahami, untuk lebih jauh mengadakan pendekatan ke arah bidang yang
lain. indonesia dapat mempelajari dari sistem hukum china, mengenai
pemberantasan korupsi, yang dilaksanakan pemerintah china dengan tegas.
china
telah berhasil menyelesaikan dengan tegas, mengenai ekspansi korupsi, dengan
menggunakan sistem hukum yang cukup berat, bagi para pelaku korupsi di negeri
china tersebut. indonesia harus lebih bersikap dewasa dalam mengelola lebih
jauh mengenai hubungan diplomasi yang kondusif dengan china. selain afta china
yang masuk ke dalam regionalisme asean, indonesia harus dapat dengan cermat
membidik celah, untuk menyeimbangkan sektor ekonominya, agat tidak terjadi
konjungtivitas terlalu jauh dengan china.
Tujuan
Framework Agreement ACFTA adalah: (1) memperkuat dan meningkatkan
kerjasama perdagangan kedua pihak; (2) meliberalisasikan perdagangan
barang dan jasa melalui pengurangan atau penghapusan tarif; (3) mencari
area baru dan mengembangkan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan kedua
pihak; dan (4) memfasilitasi integrasi ekonomi yang lebih efektif dengan negara
anggota baru ASEAN dan menjembatani kesenjangan yang ada di kedua belah
pihak. Dalam Framework Agreement, para pihak menyepakati untuk
memperkuat dan meningkatkan kerjasama ekonomi melalui: (1) penghapusan tarif
dan hambatan non tarif dalam perdagangan barang; (2) liberalisasi secara
progressif barang dan jasa; dan (3) membangun regim investasi yang kompetitif
dan terbuka dalam rangka ASEAN-China FTA.
ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari
kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas
perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN
dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta serta menciptakan
pasar regional bagi 500 juta penduduknya.AFTA dibentuk pada waktu Konperensi
Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke IV di Singapura tahun 1992. Awalnya AFTA
ditargetkan ASEAN FreeTrade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan dari
negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam
rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan
ASEAN sebagai basis produksi dunia akan dicapai dalam waktu 15 tahun
(1993-2008), kemudian dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat
lagi menjadi tahun 2002.
Skema Common Effective Preferential Tariffs For ASEAN Free
Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk 1 mewujudkan AFTA melalui :
penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan kwantitatif dan
hambatan-hambatan non tarif lainnya.
Dampak
acfta bagi kedua Negara
Ada banyak dampak suatu perjanjian
perdagangan bebas atau AFTA ASEAN-China, antara lain spesialisasi dan
peningkatan volume perdagangan. Sebagai contoh, ada dua negara yang dapat
memproduksi dua barang, yaitu A dan B, tetapi kedua negara tersebut membutuhkan
barang A dan B untuk dikonsumsi.
Secara teoritis, perdagangan bebas antara kedua negara
tersebut akan membuat negara yang memiliki keunggulan komparatif (lebih
efisien) dalam memproduksi barang A (misalkan negara pertama) akan membuat
hanya barang A, mengekspor sebagian barang A ke negara kedua, dan mengimpor
barang B dari negara kedua.
Sebaliknya,
negara kedua akan memproduksi hanya barang B, mengekspor sebagian barang B ke negara
pertama, dan akan mengimpor sebagian barang A dari negara pertama. Akibatnya,
tingkat produksi secara keseluruhan akan meningkat (karena masing-masing negara
mengambil spesialisasi untuk memproduksi barang yang mereka dapat produksi
dengan lebih efisien) dan pada saat yang bersamaan volume perdagangan antara
kedua negara tersebut akan meningkat juga (dibandingkan dengan apabila kedua
negara tersebut memproduksi kedua jenis barang dan tidak melakukan
perdagangan).
Saat ini AFTA ASEAN-China sudah hampir seluruhnya
diimplementasikan. Dalam perjanjian perdagangan bebas tersebut, tarif impor
barang antarnegara ASEAN dan China secara berangsur-angsur telah dikurangi.
Saat ini tarif impor lebih dari 0-5 persen dari barang-barang yang termasuk
dalam daftar Common Effective Preferential Tariff (CEPT) di negara-negara
ASEAN-6 dan China (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan
Thailand)
Sesuai
dengan teori yang dibahas di atas, AFTA ASEAN-China tampaknya telah dapat
meningkatkan volume perdagangan antarnegara ASEAN dan China secara signifikan.
Ekspor China ke ASEAN, misalnya, ke Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup
besar. Sementara itu, ekspor Malaysia ke negara-negara ASEAN lainnya telah
mengalami kenaikan dalam kurun waktu yang sama. Dan begitu juga antar negara
anggota ASEAN dan China.
Adanya
AFTA ASEAN-China telah memberikan kemudahan kepada negara-negara ASEAN dan
China untuk memasarkan produk-produk mereka di pasar ASEAN dan China
dibandingkan dengan negara-negara non-ASEAN.
Pada
tahun 2001 pangsa pasar ekspor negara-negara ASEAN di Indonesia mencapai 17,6
persen. Implementasi AFTA telah meningkatkan ekspor negara-negara ASEAN ke
Indonesia. Akibatnya, pangsa pasar ASEAN di Indonesia meningkat dengan tajam.
Dan pada tahun 2005 pangsa pasar negara-negara ASEAN di Indonesia mencapai 29,5
persen.
Berbeda
dengan anggapan kita selama ini bahwa ternyata daya penetrasi produk-produk
China di Indonesia tidak setinggi daya penetrasi produk-produk negara ASEAN.
Pada tahun 2001 China menguasai sekitar 6,0 persen dari total impor Indonesia.
Pada tahun 2005 baru mencapai 10,1 persen, masih jauh lebih rendah dari pangsa
pasar negara-negara ASEAN. Jadi, saat ini produk-produk dari negara ASEAN lebih
menguasai pasar Indonesia dibandingkan dengan produk-produk dari China.
Sebaliknya, berbeda dengan negara-negara ASEAN yang lain,
tampaknya belum terlalu diperhatikan potensi pasar ASEAN, dan lebih menarik
dengan pasar-pasar tradisional, seperti Jepang dan Amerika Serikat. Hal ini
terlihat dari pangsa pasar ekspor kita ke negara-negara ASEAN yang tidak
mengalami kenaikan yang terlalu signifikan sejak AFTA dijalankan. Pada tahun
2000, misalnya, pangsa pasar ekspor Indonesia di Malaysia mencapai 2,8 persen.
Dan pada tahun 2005 hanya meningkat menjadi 3,8 persen. Hal yang sama terjadi
di pasar negara-negara ASEAN lainnya.
Produsen
internasional tidak harus mempunyai pabrik di setiap negara untuk dapat
menyuplai produknya ke negara-negara tersebut. Produsen internasional dapat
memilih satu negara di kawasan ini untuk dijadikan basis produksinya dan
memenuhi permintaan produknya di negara di sekitarnya dari negara basis
tersebut. Turunnya tarif impor antarnegara ASEAN dan China membuat kegiatan
ekspor-impor antarnegara ASEAN-China menjadi relatif lebih murah dari sebelumnya.
Tentunya negara yang dipilih sebagai negara basis suatu produk adalah yang
dianggap dapat membuat produk tersebut dengan lebih efisien (spesialisasi).
Negara-negara
di kawasan ini tentunya berebut untuk dapat menjadi pusat produksi untuk
melayani pasar ASEAN dan China karena semakin banyak perusahaan yang memilih
negara tersebut untuk dijadikan pusat produksi, akan semakin banyak lapangan
kerja yang tersedia. Sayangnya, Indonesia tampaknya masih tertinggal dalam
menciptakan daya tarik untuk dijadikan pusat produksi.
Adapun
dampak dari AFTA ASEAN-China pada perekonomian Indonesia adalah
- Menyengsarakan dan menghancurkan industri manufaktur / pabrikan lokal akan terancam tutup karena tidak mampu bersaing dengan produk-produk lokal, khususnya China.
- Meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan karena menurunnya kinerja industri manufaktur nasional. (Ekonom Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga Hendrawan Supratikno)
- Menurunnya tingkat pendapatan perkapita masyarakat.
- Melemahkan pertumbuhan ekomomi Indonesia yang seharusnya 6 %, pada 2010 di perkirakan di bawa 5 %, maka stabilitas negara menurun. (Daniel Foxman, Director, Retail, and Shopper South Asia TNS (lembaga riset terkait industri dan ritel)
Dalam ACFTA seluruh negara sudah harus mengurangi tarif
menjadi 0-5% untuk 40% komoditas yang ada pada normal track sebelum 1 Juli
2006.[1][5] Seluruh
negara sudah harus mengurangi tarif menjadi 0-5% untuk 60% komoditas yang ada
pada normal track sebelum 1 Januari 2007. Dan seluruh negara sudah harus
mengurangi tarif menjadi 0-5% untuk 100% komoditas yang ada pada normal
track sebelum 1 Januari 2010. Maksimum sebanyak 150 tarif dapat diajukan
penundaan hingga 1 Januari 2012.[2][6]Dengan adanya
pengurangan tarif tersebut perdagangan bebas antara Cina dengan Negara-negara
di kawasan Asia tenggara telah di laksanakan tentu hal ini para pelaku yang
bermain didalamya harus mampu memanfaatkan peluang yang ada agar dapat
memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar